M. Anwar Rifa’i, Tugumulyo, 28 April 2025 – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indikator utama kinerja pasar saham Indonesia, mencerminkan kepercayaan investor terhadap kondisi ekonomi domestik dan global. Pada 18 Maret 2025, IHSG anjlok 6,12% dalam satu hari, mencapai level 6.076, memicu penghentian perdagangan sementara (trading halt) di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Beritasatu.com, 2025). Penurunan ini menandai salah satu episode terburuk dalam sejarah IHSG, sebanding dengan krisis sebelumnya seperti Krisis Moneter Asia 1997-1998 (penurunan harian terdalam 11,88%) dan pandemi COVID-19 pada 2020 (penurunan 37% dari awal tahun).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penyebab anjloknya IHSG pada Maret 2025 dengan pendekatan historis dan teoritis. Dengan menganalisis peristiwa serupa di masa lalu dan menerapkan kerangka teori ekonomi, studi ini mengeksplorasi dinamika yang mendorong penurunan pasar saham. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: (1) Apa faktor utama yang menyebabkan anjloknya IHSG pada Maret 2025? (2) Bagaimana faktor-faktor ini berkaitan dengan krisis historis sebelumnya? (3) Apa implikasi teoritis dari temuan ini bagi kebijakan ekonomi?
Kajian Historis: Periode Penurunan IHSG
Untuk memahami konteks anjloknya IHSG pada Maret 2025, analisis historis dilakukan terhadap tiga periode krisis utama:
1. Krisis Moneter Asia 1997-1998
Krisis Moneter Asia dimulai dengan devaluasi baht Thailand, yang memicu efek domino di Asia Tenggara. Di Indonesia, depresiasi rupiah hingga 80% terhadap dolar AS, utang luar negeri swasta yang membengkak, dan ketidakstabilan politik akibat lengsernya Presiden Soeharto menyebabkan IHSG anjlok. Penurunan harian terdalam terjadi pada 8 Januari 1998 (11,88%) (CNBC Indonesia, 2024). Faktor utama meliputi ketidakstabilan makroekonomi, kehilangan kepercayaan investor, dan efek kontagion regional (Tirto.id, 2023).
2. Krisis Keuangan Global 2008
Krisis subprime di Amerika Serikat memicu resesi global, memengaruhi pasar saham dunia, termasuk Indonesia. IHSG turun 50,6% sepanjang 2008, didorong oleh aliran keluar modal asing, penurunan ekspor, dan ketidakpastian global (FEB UI, 2022). Krisis ini menunjukkan kerentanan IHSG terhadap guncangan eksternal dan interkoneksi pasar keuangan global.
3. Pandemi COVID-19 2020
Pandemi COVID-19 menyebabkan lockdown global, mengganggu rantai pasok dan aktivitas ekonomi. IHSG mencapai titik terendah pada 24 Maret 2020, turun 37% dari awal tahun, akibat ketidakpastian ekonomi, penurunan permintaan, dan kehilangan kepercayaan investor (DJKN Kemenkeu, 2020). Kebijakan stimulus fiskal dan moneter akhirnya membantu pemulihan, tetapi penurunan awal mencerminkan dampak guncangan eksternal.
4. Penurunan Maret 2025
Pada 18 Maret 2025, IHSG anjlok 6,12%, mencapai level 6.076, memicu trading halt (Beritasatu.com, 2025). Penurunan ini terkait dengan kebijakan fiskal yang dianggap berisiko, penurunan rating kredit oleh agensi seperti Fitch, S&P, Moody’s, dan Goldman Sachs, serta PHK massal di sektor swasta (UGM, 2025; ITS News, 2025). Ketidakpastian global, termasuk volatilitas pasar internasional, juga berkontribusi.
Analisis Teoritis: Faktor Penyebab Penurunan IHSG
Berdasarkan kajian historis, analisis teoritis dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab anjloknya IHSG pada Maret 2025, dengan membandingkannya terhadap krisis sebelumnya. Kerangka teori efisiensi pasar (Fama, 1970) dan teori perilaku investor (Kahneman & Tversky, 1979) digunakan untuk menjelaskan dinamika pasar.
1. Ketidakstabilan Makroekonomi
Ketidakstabilan makroekonomi, seperti depresiasi mata uang, inflasi tinggi, dan defisit fiskal, secara konsisten menjadi pemicu utama penurunan IHSG. Pada 1997-1998, depresiasi rupiah memicu krisis keuangan, sedangkan pada 2025, defisit fiskal dan kebijakan berisiko memperburuk stabilitas ekonomi (UGM, 2025). Menurut teori efisiensi pasar, informasi tentang ketidakstabilan ini dengan cepat tercermin dalam harga saham, menyebabkan penurunan tajam.
2. Kondisi Ekonomi Global
Kondisi ekonomi global memengaruhi IHSG melalui aliran modal dan sentimen investor. Krisis 2008 dan pandemi 2020 menunjukkan bahwa penurunan pasar global, seperti Dow Jones, memicu aksi jual di Indonesia (Jurnal Pendidikan dan Konseling, 2022). Pada 2025, volatilitas pasar internasional dan penurunan rating kredit memperkuat tekanan eksternal (Beritasatu.com, 2025).
3. Ketidakpastian Politik dan Kebijakan
Ketidakpastian politik, seperti lengsernya Soeharto pada 1997-1998, dan kebijakan fiskal berisiko pada 2025, mengurangi kepercayaan investor. Teori perilaku investor menunjukkan bahwa ketidakpastian mendorong perilaku herding, di mana investor secara massal menjual saham, mempercepat penurunan IHSG (Kahneman & Tversky, 1979).
4. Guncangan Eksternal
Guncangan eksternal, seperti pandemi COVID-19 atau penurunan rating kredit pada 2025, mengganggu aktivitas ekonomi dan kepercayaan pasar. Penurunan rating oleh Fitch dan Moody’s pada 2025 meningkatkan persepsi risiko, memicu aliran keluar modal (ITS News, 2025).
5. Peran Kepercayaan Investor dan Aliran Modal
Analisis menunjukkan bahwa kepercayaan investor dan aliran modal adalah mediator utama dalam penurunan IHSG. Ketika kepercayaan menurun akibat faktor makroekonomi, global, atau politik, investor asing dan domestik menarik modal, menyebabkan tekanan jual besar-besaran. Pada Maret 2025, kehilangan kepercayaan akibat kebijakan dan rating kredit menjadi pemicu utama (UGM, 2025).
Diskusi
Anjloknya IHSG pada Maret 2025 mencerminkan pola yang konsisten dengan krisis sebelumnya, di mana kombinasi faktor domestik dan global memicu penurunan tajam. Ketidakstabilan makroekonomi dan kebijakan berisiko pada 2025 mirip dengan krisis 1997-1998, sementara pengaruh global menyerupai krisis 2008 dan 2020. Namun, penurunan rating kredit pada 2025 menambah dimensi baru, menyoroti pentingnya persepsi risiko internasional.
Implikasi teoritis dari temuan ini adalah bahwa IHSG sangat sensitif terhadap informasi yang memengaruhi kepercayaan investor, sesuai dengan teori efisiensi pasar. Selain itu, perilaku investor yang dipengaruhi ketidakpastian menunjukkan bahwa faktor psikologis memainkan peran besar dalam volatilitas pasar. Untuk kebijakan, pemerintah perlu fokus pada stabilitas makroekonomi, transparansi kebijakan, dan komunikasi yang efektif untuk menjaga kepercayaan pasar.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Penelitian ini menyimpulkan bahwa anjloknya IHSG pada Maret 2025 disebabkan oleh kombinasi ketidakstabilan makroekonomi, penurunan rating kredit, kebijakan fiskal berisiko, dan ketidakpastian global, dengan kepercayaan investor sebagai mediator utama. Perbandingan dengan krisis 1997-1998, 2008, dan 2020 menunjukkan bahwa pola ini berulang, meskipun dengan konteks spesifik.
Rekomendasi untuk pembuat kebijakan meliputi:
-
Meningkatkan stabilitas makroekonomi melalui pengelolaan defisit fiskal dan inflasi.
-
Memperkuat transparansi dan komunikasi kebijakan untuk menjaga kepercayaan investor.
-
Mengurangi ketergantungan pada modal asing dengan mendorong investasi domestik.
-
Membangun cadangan ekonomi untuk mengantisipasi guncangan eksternal.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menganalisis dampak jangka panjang penurunan IHSG 2025 terhadap perekonomian Indonesia dan efektivitas kebijakan pemulihan.
Daftar Pustaka
-
Beritasatu.com. (2025). Sejarah Anjloknya IHSG, Indeks Saham Terparah Pernah Turun 10 Persen.
-
CNBC Indonesia. (2024). IHSG Ambruk Terparah Saat Krisis 1998 – Diserang Teroris: Tahun Ini?.
-
DJKN Kemenkeu. (2020). Pandemi Covid-19 Dan Menurunnya Perekonomian Indonesia.
-
Fama, E. F. (1970). Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical Work. The Journal of Finance, 25(2), 383-417.
-
ITS News. (2025). Pakar ITS: Merosotnya IHSG Berdampak Signifikan pada Perekonomian Indonesia.
-
Kahneman, D., & Tversky, A. (1979). Prospect Theory: An Analysis of Decision under Risk. Econometrica, 47(2), 263-291.
-
Katadata.co.id. (2025). IHSG Hari Ini – Berita IDX – Indeks Harga Saham Gabungan.
-
Tirto.id. (2023). Krisis Moneter 1997-1998 adalah Periode Terkelam Ekonomi Indonesia.
-
UGM. (2025). IHSG Anjlok, Ekonom UGM Sebut Sinyal Krisis Kepercayaan Pasar.




